Kopi dan perempuan, mereka saudara kembar. Dua-duanya keras kepala perihal rasa.
Tidak ada yang benar-benar bisa melenyapkan kenangan lalu. Kita hanya bisa menimbunnya dengan kenangan baru yang lebih besar nilainya.
Ketika rindu tiba mendahului semua teori, penolakan seperti apa yang bisa kuperbuat selain menerima kejatuhannya?
Merusak kepercayaan, sama seperti menyentuh embun. Sebab dengan menyentuhnya, hanya akan membuatnya tiada.
Siapa Aku? Klaim kebenaran menggurita. Mimpi membunuh tidurnya. Baju Tuhan berhamburan. Sabda seharga jajanan. Panas melahap sepiring api. Gelap lupa hitamnya sendiri. Bintang menjajakan jumlah. Semesta kehilangan wajahnya.
Ketika feminisme justru dianggap sebagai sebuah ancaman, pengertian demikian hanya akan semakin menguatkan sinisme terhadap kemerdekaan peradaban, bahwa keadilan adalah bunga tidur di bumi ini.